Wednesday, July 22, 2009

Dinding Tak Selamanya Harus Bata

Beton ringan aerasi merupakan salah satu material untuk membuat dinding. Meski banyak kelebihannya dibanding bata, banyak orang enggan memakainya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bata atau batako merupakan bahan yang umum digunakan oleh masyarakat untuk membuat dinding bangunan rumah. Cara pandang terhadap bata sebagai material utama dinding yang tertanam di masyarakat ini tidak lain karena kebiasaan turun temurun keluarga yang menggunakan bata atau batako sebagai material dinding. Sejak zaman penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia terdidik menggunakan bata sebagai material dinding. Padahal pemakaian bata atau batako bisa digantikan dengan material alternatif seperti beton ringan aerasi.

Menurut Ir. Elisa Haryohugoro, Marketing Manager PT Duta Mortar Sejati, produsen beton ringan aerasi merek Hebel, banyak kelebihan yang dimiliki material yang kerap disebut sebagai bata putih. Namun sayang, kelebihannya tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Mereka umunya menilai material ini sebagai material yang mudah rapuh.

Salah satu kelebihan material ini adalah ringan bobotnya. Bobotnya yang ringan membuat anggaran bangunan bisa ditekan. Mengapa demikian? Ringannya material dinding berakibat volume elemen struktur banguan bisa direduksi. Ini terutama jika beton aerasi digunakan untuk dinding di lantai 2 ke atas. Volume elemen struktur seperti kolom, balok, plat lantai dan pondasi bisa dikurangi karena beban yang menumpunya ringan.

Ringannya beban ini disyaratkan untuk mendapatkan struktur bangunan tahan gempa. Jika material pendukung bangunan berat dan terjadi keruntuhan akibat gaya gempa, beratnya material tersebut akan berbahaya bagi penghuninya.

Dengan posisi Indonesia berada di daerah rawan gempa, kecuali Pulau Kalimantan, bangunan yang berada di Indonesia harus memliki persyaratan struktur bangunan tahan gempa. Untuk mendapatkan persyaratan ini, beton ringan aerasi bisa digunakan sebagai salah satu material pembuat dinding.

Mengapa Bisa Ringan?
Meski fungsinya hampir sama dengan bata namun yang membedakannya adalah beratnya. Material yang berbahan baku pasir silika, semen, kapur dan air ini dibuat dengan tekanan uap tinggi.

Proses pembuatan material ini diawali dengan proses pencampuran bahan baku. Setelah itu, adonan bahan bahan baku tersebut dimasukan ke dalam alat yang bernama autoclaved. Di dalam alat ini, adonan diberi tekanan uap air hingga suhu sekitar 200 derajat Celcius. Oleh karena prosesnya menggunakan autoclaved maka material ini disebut sebagai autoclaved aerated concrete.

Dengan tekanan uap ini, bahan baku kapur dan pasir silika akan bereaksi. Hasil reaksi ini menghasilkan pori-pori yang didalamnya berupa udara. Pori-pori inilah yang membuat material ini menjadi ringan. Menurut perhitungan, beton ringan memliki berat jenis normal sekitar 575 kg/m3. Berat jenis yang lebih kecil dari berat jenis air mebuat material ini bisa mengapung di atas air.

Meski berpori, beton ringan aerasi tidak bersifat seperti sponge. Artinya, keteika terkena air, air tersebut tidak akan meresap atau merembes kedalamnya. Rendahnya daya serap air dikarenakan setiap pori yang ada tidak saling berhubungan dengan pori yang lain.

Cepat Dan EkonomisKelebihan lain yang dimiliki material ini adalah cepat dalam pemasangannya sehingga keseluruhan biaya pembuatan didnding menjadi ekonomis. "Jangan dilihat harga sebelum pemasangannya. Yang perlu dilihat oleh konsumen adalah keekonomisan dari sisi bahan perekat, ongkos tukang dan hasil akhir yang didapatkan", ujar Elisa.

Banyak orang melihat dan menilai beton aerasi sebagai material mahal. Hal ini diakui oleh Felix Yulisar, Site Manager di sebuah biro kontraktor di Semarang. "Memasukan beton ringan aerasi sebagai material dinding di rencana anggaran bangunan terkadang membuat mahal biaya konstruksi yang ujung-ujungnya selalu ditolak oleh pemilik proyek. Namun meski mahal, hasil akhir dinding yang dibuat dengan beton aerasi menjadi lebih baik karena dinding menjadi lurus dan tidak ada material yang terbuang," ujar Felix.

Bila dibandingkan dengan bata, harga satu balok beton ringan aerasi ini sedikit lebih mahal. Namun, untuk membuat dinding dengan luasan 1 m2 material yang digunakan jauh lebih sedkit dibandingkan bata. Sebagai perbandingan, 1 m2 dinding yang dibuat dengan beton ringan aerasi hanya membutuhkan sekitar 8-9 buah. Sedangkan dengan material bata, 1 m2 dinding membutuhkan sekitar 70-72 buah. Dari sini bisa dilihat bahwa volume material yang terpakai sangat ekonomis.

Sedangkan dari sisi waktu pengerjaan, pemasangan beton ringan aerasi ini jauh lebih cepat. Sebagai contoh, dalam sehari volume pekerjaan dinding beton ringan aerasi untuk 2 orang tukang mencapai 12-15 m2. Coba bandingkan dengan pemasangan bata biasa. Untuk memasang bata dalam sehari hanya dihasilkan dinding seluas sekitar 6 m2. Dengan demikian, waktu pengerjaan yang cepat akan membuat ongkos tukang menjadi murah.

Disamping sisi waktu dan volume material, pemakaian beton ringan aerasi akan menghemat pemakaian semen dan pasir untuk pasangan atau spesi. Beton ringan aerasi hanya membutuhkan adukan pasangan setebal kurang lebih 3 mm. Sedangkan pemasangan bata setebal 1,5 cm hingga 2 cm. Nah, cukup hemat bukan pemakaian materialnya?

Kepraktisan, kecepatan dan keekonomisan yang dimilikinya membuat material ini layak Anda gunakan sebagai material pengganti bata untuk membuat dinding.

Kelebihan Lain Beton Ringan AerasiSelain dari sisi kepraktisan, kecepatan dan keekonomisan beton ringan aerasi juga memiliki kelebihan lain. Material ini memiliki karakteristik sebagai material insulasi atau penahan panas. Jika terjadi kebakaran, dinding beton aerasi akan sanggup menahan api selama kurang lebih 4 jam sebelum dinding tersebut runtuh. Dengan demikian, dinding tersebut bisa memberikan perlindungan kepada penghuni untuk menyelamatkan diri.

Selain insulasi panas, material ini juga berfungsi sebagai insulasi suara . Untuk mendapatkan kekedapan tinggi, selain menggunakan blok ukuran tebal, juga bisa menggunakan ukuran lebih kecil asalkan dipasang ganda dengan celah sekitar 50 mm. Celah ini berfungsi untuk meredam suara sehingga suara tidak merambat ke ruangan sebelah.

AL ANINDITO PRATOMO

Sumber: Tabloid Rumah

Share :

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...